Ilustrasi Anak Anak Ceria TK Pertiwi

Pameungpeuk — TK Pertiwi Pameungpeuk mulai menerapkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai pendekatan pendidikan anak usia dini yang menekankan relasi hangat, struktur yang jelas, dan disiplin yang konsisten. Penerapan ini dilakukan bukan sebagai penggantian kurikulum nasional, melainkan sebagai kerangka nilai dalam proses pembelajaran sehari-hari.


Kepala TK Pertiwi, Ipah Nur AS, S.Pd menjelaskan bahwa Kurikulum Berbasis Cinta dipahami sebagai pendekatan pendidikan yang menempatkan kasih sayang, penghormatan terhadap martabat anak, serta tanggung jawab moral sebagai fondasi pembelajaran. “Cinta di sini bukan berarti memanjakan anak. Justru kami menegakkan aturan dengan cara yang hangat dan manusiawi,” ujar Bu Ipah.

Cinta yang Terstruktur

Dalam praktiknya, setiap kelas di TK Pertiwi Pameungpeuk memiliki jadwal visual yang mudah dipahami anak, pembagian area belajar yang jelas, serta lima aturan inti kelas yang disampaikan dengan bahasa sederhana dan gambar. Aturan tersebut diulang setiap hari agar anak memahami batasan perilaku sejak dini.

Pendekatan ini bertujuan membangun rasa aman sekaligus membentuk disiplin diri anak. Guru tidak mengandalkan hukuman atau teriakan, melainkan menggunakan prosedur respons perilaku yang konsisten: mendekati anak, menyebutkan perilaku yang terjadi, mengingatkan aturan, lalu memberikan konsekuensi logis.

“Anak usia TK belum siap dengan tekanan akademik. Mereka belajar terutama dari relasi dan teladan,” jelas Bu Tira, salah satu guru. Oleh karena itu, guru dituntut mengelola emosi sebelum mengelola kelas, karena stabilitas emosi pendidik menjadi kunci keberhasilan pendekatan ini.

Rutinitas Harian yang Bermakna

Kegiatan harian di TK Pertiwi dimulai dengan circle time yang berisi salam, doa, dan pengenalan emosi. Anak-anak diajak menamai perasaan mereka—senang, sedih, atau marah—sebagai dasar pembelajaran regulasi emosi.

Pembelajaran berlangsung dalam durasi singkat dengan banyak aktivitas bergerak, bercerita, dan bermain terarah. Di akhir hari, anak diajak melakukan refleksi sederhana, seperti berbagi pengalaman baik yang dilakukan hari itu, sebelum menutup kegiatan dengan doa.

Peran Orang Tua

Pihak sekolah juga melibatkan orang tua agar pendekatan yang diterapkan di sekolah sejalan dengan pola asuh di rumah. Aturan dan bahasa disiplin disosialisasikan kepada orang tua untuk mencegah perbedaan pendekatan yang dapat membingungkan anak.

“Kalau di sekolah anak dibiasakan bertanggung jawab, tetapi di rumah selalu dibela tanpa batas, proses pendidikannya tidak akan utuh,” ungkap Bu Ipah.

Indikator Keberhasilan

Keberhasilan Kurikulum Berbasis Cinta di TK Pertiwi tidak diukur dari nilai akademik, melainkan dari perubahan perilaku anak. Indikatornya antara lain anak mampu mengantre tanpa disuruh, berani mengakui kesalahan, mampu menyebutkan emosinya, serta menurunnya konflik antar anak.

Dengan pendekatan ini, TK Pertiwi Pameungpeuk berharap dapat menyiapkan anak-anak yang tidak hanya siap secara kognitif, tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Sekolah menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah fondasi pembentukan karakter, dan cinta yang bertanggung jawab merupakan kunci utamanya.